Header Ads

cerita-cerita inspirasi penuh hikmah bagi kehidupan

Makalah kepemimpinan kepala sekolah provesional


KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

DISUSUN

OLEH :

NAILUL AUTHAR

Pengasuh:
Fadhilah, M.A.







UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
TAHUN 2016 M/1437 H



KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, penulis dapat menyusun makalah  ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dan akhirnya tantangan itu bisa teratasi dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materi. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada penulis sendiri khususnya, teman-teman, dan pembaca pada umumnya.








                                                                        Banda Aceh, 26 Desember  2016
                                                                                   


                                                               Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………..……..……...  i
DAFTAR ISI……………………………………………………………..…..  ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang…………………………………….............................1
1.2.   Rumusan Masalah……………………………………………….....…. 1
1.3.   Tujuan Pembahaasan……………………………………….….……… 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1.   Hakikat kepemimpinan kepala sekolah................................................. 2
2.2.   Fungsi kepemimpinan kepala sekolah……………............................... 4
2.3.   Gaya kepemimpinan kepala sekolah……………................................ 10
BAB III PENUTUP
3.1.   Kesimpulan.......................................................... ...............................  14
3.2.   Saran.................................................................... ................................ 15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………...…………….….….. 16

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepemimpinan sangat penting dalam kehidupan kita, baik itu di sekolah, rumah, masyarakat maupun bangsa dan Negara. Jika dirumah pemimpin adalah ayah, di sekolah adalah kepala sekolah di masyarakat  adalah orang yang di amanahi jabatan, di Negara pun kita tahu bahwa ada yang namanya presiden.

Tanggung jawab seorang pemimpin sangatlah besar. Pemimoin yang baik adalah yang mampu memeimpin dirinya sendiri sebelum mampu memimpin orang lain. Kepemimpinan adalah hubungan yang erat antara seseorang dan sekelompok manusia karena adanya kepentingan bersama

Di dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk menjadi khalifah fil Ardh oleh karena itu sangat wajar jika manusia harus mampu memimpin dirinya dan mampu memimpin orang lain.

Dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana seorang kepala sekolah mampu untuk memimpin sekolah itu sehingga apa yang di harapkan untuk menyukseskan implementasi pendidikan karakter dapat terwujud.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil adalah:
1.      Apa hakikat kepemimpinan kepala sekolah?
2.      Apa fungsi kepemimpinan kepala sekolah?
3.      Apa saja gaya kepemimpinan kepala sekolah?
           
1.3 Tujuan Pembahasan
Berdasarkan latar belakang di atas makalah ini bertujuan untuk:
1.      Mengetahui hakikat kepemimpinan kepala sekolah.
2.      Mengetahui fungsi kepemimpinan kepala sekolah.
3.      Mengetahui gaya-gaya kepemimpinan kepala sekolah.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat kepemimpinan kepala sekolah
Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengnaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapakan memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya, karena apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal.[1]

Kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga pendidikan harus mampu melakukan manajemen kepemimpinannya dengan baik. Kesuksesan kepemimpinan kepala sekolah dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh factor-faktor yang dapat menunjang untuk berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan akan tercapai apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi yang baik antara atasan dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan social dengan sikap-sikap hubungan manusiawi.

Berdasarkan dari peranan kepemimpinan kepala sekolah tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu kepemimpinan, Kepala sekolah harus memiliki peranan-peranan yang dimaksud, di samping itu juga kepala sekolah sebagai pemimpin memiliki tugas yang diembannya, sebagaimana menurut M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut. Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompoknya, dalam artian kebutuhan sekolah dalam bentuk fisik bangunan maupun non fisik (kuwalitas input dan output), serta kebutuhan Guru dan seluruh proses pembelajarannya, serta yang sangat penting adalah kebutuhan peserta didik dalam proses pembelajarannya yang di kaitkan dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.

2.                             Dari keinginan itu dapat dipetik kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai. Meyakinkan seluruh komponen sekolah mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.[2]

Tugas kepemimpinan kepala sekolah tersebut akan berhasil dengan baik apabila seorang kepala sekolah memahami akan tugas yang harus dilaksanaknya. Oleh sebab itu kepala sekolah akan tampak dalam proses di mana dia mampu mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain. Untuk keberhasilan dalam pencapaian tujuan sekolah diperlukan kepemimpinan kepala sekolah yang profesional, di mana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin.

Di samping itu kepala sekolah harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.

2.2 Fungsi kepemimpinan kepala sekolah
Sekolah merupakan organisasi yang bersifat kompleks, unik dan khas, yang tentunya berbeda dengan organisasi-organisasi lainnya. Dikatakan kompleks, karena sekolah merupakan organisasi yang di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lainnya saling keterkaitan dan saling menentukan. Dikatakan unik dan khas, karena sekolah merupakan organisasi yang memiliki cirri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi-organisasi lainnya.

Karena sifatnya yang kompleks, unik dan khas inilah, sekolah sebagai organisasi memerlukan pemimpin yang mampu mengkoordinasikan hingga pada level yang lebih tinggi. Pemimpin dalam sekolah adalah kepala sekolah, maka tidak jarang keberhasialan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah. Kepala sekolah yang berhasil ialah, kepala sekolah yang mampu memahami organisasi sekolah sebagai organisasi yang kompleks, unik dan khas, serta mampu melaksanakan peranan dan fungsi-fungsinya sebagai kepala sekolah. Seseorang yang diberi tanggungjawab untuk memimpin sekolah.[3]

Sesuai dengan cirri-ciri sekolah sebagai organisasi yang bersifat kompleks, unik dan khas, maka tugas dan fungsi kepala sekolah juga harus dilihat dari berbagai sudut pandang. Kepala sekolah harus mampu melaksanakan tugasnya serta fungsi-fungsinya. Endang Mulyasa mengatakan bahwa fungsi kepemimpinan kepala sekolah itu terangkum dalam istilah EMASLIM-FM yakni fungsi educator, manager, administrator, supervisior, leader, innovator, dan motivator, figure dan mediator. Maka dengan demikian, pekerjaan kepala sekolah semakin hari semakin meningkat dan selalu meningkat sesuai dengan perkembangan pendidikan yang diharapkan. Oleh karena itu, hendaknya kepala sekolah lebih meningkatkan profesionalismenya.[4]

Pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena saling terkait dan mempengaruhi, serta menyatu dalam pribadi kepala sekolah yang professional. Kepala sekolah yang mampu melaksanakan fungsi-fungsinya sebagaimana dikatakan, akan dapat menerapkan visinya menjadi aksi dalam paradigma baru manajemen pendidikan yaitu:
1.      Fungsi educator  
                                 
Dalam menjalankan fungsinya sebagai educator (pendidik). Pendidik  adalah orang yang mendidik. Sedang mendidik diartikan memberikan latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Maka fungsi kepemimpinan kepala sekolah sebagai pendidik, harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan (para guru dan yang lainnya) di sekolah. Serta mampu menciptakan iklim yang kondusif, memberikan nasehat kepada setiap warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kepandidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, dan mengadakan program akselerasi bagi para peserta didik yang memiliki kecerdasan di atas normal.[5]

Memahami arti pendidik, tidak cukup berpegang pada konotasi yang dikandung dalam definisi atau pengertian pendidik. Melainkan harus memahami istilah lainnya yang terkait dengan hal mendidik, yakni pendidikan, tujuan pendidikan, sarana pendidikan, strategi pendidikan yang dilaksanakan.[6] Maka demi kepentingan tersebut kepala sekolah harus menanamkan, memajukan dan meningkatkan paling tidak empat hal, yakni pembinaan mental, pembinaan moral, pembinaan fisik dan pembinaan artistic.

·                Pembinaan mental, yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak. Dalam hal ini, kepala sekolah harus mampu menciptakan iklim yang kondusif agar setiap tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, proporsional dan professional. Maka dengan demikian, kepala sekolah harus mampu melengkapi sarana dan prasarana dan sumber belajar agar dapat memberikan kemudahan kepada para guru dalam melaksanakan tugas utamanya. Mengajar dalam arti memberikan kemudahan kepada peserta didik (facilitate of learning).
·                   Pembinaan moral, yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai sesuatu perbuatan, sikap dan kewajiban sesuai dengan tugas masing-masing. Kepala sekolah harus memberikan nasehat kepada seluruh warga sekolah, misalnya pada setiap upacara bendera atau pada saat pertemuan rutin sekolah.

              Pembinaan fisik, yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan dan penampilan mereka secara lahiriah. Kepala sekolah harus memberikan dorongan agar para tenaga kependidikan terlibat aktif dan kreatif dalam kegiatan olahraga, baik yang diprogramkan oleh sekolah maupun yang diselenggarakan oleh warga masyarakat.

·                               Pembinaan artistic, yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan. Kepala sekolah harus mampu merencanakan berbagai program pembinaan artistic, seperti karya wisata, tetapi pelaksanaanya tidak mengganggu pelaksanaan pembelajaran. Lebih dari itu, kegiatan ini malah harus menunjang atau pengayaan terhadap pembelajaran yang dilaksanakan disekolah.[7]
2.      Fungsi Manajer

Manajemen pada hakikatnya merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin, dan mengendalikan usaha anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[8]

Berkaitan dengan define tersebut, maka ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu proses, pendayagunaan seluruh sumber organisasi dan pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dikatakan suatu proses, karena semua manejer dengan ketangkasan dan keterampilan yang dimilikinya mengusahakan dan mendayagunakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Proses tersebut menurut Wahjosumidjo, mencakup:

·                       Merencanakan, dalam arti kepala sekolah harus benar-benar memikirkan dan merumuskan dalam suatu program tujuan dan tindakan yang harus dilakukan.

·            Mengorganisasikan, berarti kepala sekolah harus mampu menghimpun dan mengorganisasikan sumberdaya sekolah dan sumber-sumber material sekolah, karena keberhasilan sekolah sangat tergantung pada kemampuan dalam mengkoordinasikan berbagai sumber tersebut.

·                 Memimpin, dalam arti kepala sekolah harus mampu mengarahkan dan mempengaruhi sumber daya agar melakukan tugas-tugasnya secara esensial.

·              Mengendalikan, dalam arti kepala sekolah memperoleh jaminan untuk berjalanannya program sekolah mencapai tujuan.[9] Dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah dikatakan bahwa kompetensi manajerial kepala sekolah memiliki kemampuan:
  • ·         Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai perencanaan
  • ·         Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan
  • ·         Memimpin sekolah dalam rangka mendayagunakan sumber daya sekolah secara optimal
  • ·         Mengelola guru dan staf, sarana dan prasarana sekolah
  • ·         Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan
  •       Mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan dan efisien

·                           Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat serta merencanakan tindak lanjutnya.
3.      Fungsi Administrator

Kepala sekolah juga berfungsi sebagai administrator. Sebagai administrator menurut Mulyasa kepala sekolah memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola  administrasi peserta didik, mengelola admistrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan dan mengelola administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah.[10]
4.      Fungsi Supervisor

Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.[11]

Secara etimologi istilah supervise berasal dari kata super dan visi yang sering dimaknai dengan melihat dan meninjau dari atas atu menilik dan menilai dari atas, yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas dan kinerja bawahan.[12]

Pengertian supervise secara terminology seperti yang diungkapkan Carter Good’s Dictionary of Education yang dikutip oleh Mulyasa sebagai berikut, segala usaha pejabat sekolah dalam memimpin guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya, untuk memperbaiki pengajaran termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan dan perkembangan jabatan guru-guru, menyeleksi dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode-metode mengajar serta evaluasi pengajaran.

Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor, tetapi dalam sistem organisasi pendidikan modern diperlukan supervisor khusus yang lebih independent, dan dapat meningkatkan objektivitas dalam pembinaan dan pelaksanaan tugasnya.

Jika supervise dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan control agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan prefentif untuk mencegah agar tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya.

5.      Fungsi Leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas.[13] Kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan professional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan. Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagi  leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan berkomunikasi.[14]
6.      Fungsi Inovator

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran inovatif.

Kepala sekolah sebagai inovator menurut Mulyasa akan tercermin dari cara-cara dia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, keratif, delegatif, integrative, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin serta adaptable dan fleksibel.[15]

7.      Fungsi Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Menurut Mulyasa motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan pusat sumber belajar.

8.      Fungsi Figur dan Mediator
Selain sebagai fungsi sebagaimana telah disebutkan di atas, juga terdapat dua fungsi lain sebagai kepala sekolah. Dalam perkembangan selanjutnya, terutama dalam mengembangkan pendidikan yang lebih bermartabat, kepala sekolah harus mampu menjadi figure dan mediator, bagi perkembangan masyarakat dan sekitarnya.

2.3 Gaya kepemimpinan kepala sekolah
Gaya keemimpinan adalah cara yang dipergunakan oleh pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Selanjutnya dalam pengertian sederhana, menurut Mulyasa gaya kepemimpinan  adalah suatu norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seorang pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi yang dipimpinnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan, cara pemimpin untuk bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya kepemimpinannya.[16]

Ngalim Purwanto menjelaskan juga terdapat empat gaya kepemimpinan yang lain, yakni gaya kepemimpinan  otoriter, Pseudo-demokratis, gaya kepemimpinan laisez faire (gaya bebas) dan gaya kepemimpinan demokratis.[17]

a.       Gaya Kepemimpinan Otoriter
Otoriter atau otokrat berasal dari kata autos, yang berarti sendiri dan kratos yang berarti kekuasaan atau kekuatan. Maka secara etimologi otoriter atau otokrat berarti penguasa absolute.[18] Gaya kepemimpinan seperti ini identik dengan seorang dictator, bahwa memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Penafsirannya, sebagai pemimpin tidak lain adalah menunjukkan dan memberi perintah sehingga ada kesan bawahan atau anggota-anggotanya hanya mengikuti dan menjalankannya, tidak boleh membantah dan mengajukan saran.

Gaya kepemimpinan yang otoriter menurut Hadari Nawawi biasanya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
  • ·         Menganggap organisasi yang dipimpinnya sebagai milik pribadi
  • ·         Mengidentifikasikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
  • ·         Menganggap bawahan bak sebuah alat semata
  • ·         Tidak menerima pendapat, saran atau kritik dari anggotanya
  • ·         Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya
  • ·         Cara pendekatan kepada bawahannya dengan pendekatan paksaan dan bersifat kesalahan hukuman.[19]


b.      Gaya Kepemimpinan Pseudo-Demokratis
Istilah pseudo berarti palsu. Maka pseudo demokratis berarti bukan atau tidak demokratis. Gaya kepemimpinan seperti ini sebenarnya otokratis, tetapi dalam kepemimpinannya ia memberi kesan demokratis. Seorang pemimpin yang bersifat pseudo-demokratis sering memakai “topeng”. Ia pura-pura memperlihatkan sifat demokratis di dalam kepemimpinannya. Ia memberi hak dan kuasa kepada guru-guru untuk menetapkan dan memutuskan sesuatu, tetapi sesungguhnya ia bekerja dengan perhitungan. Ia mengatur siasat agar kemauannya terwujud kelak.[20]

c.       Gaya Kepemimpinan Bebas (Laissez Faire)
Gaya kepemimpinan bebas atau laissez faire ini diartikan membiarkan orang-orang berbuat sekehendaknya. Gaya kepemimpinan seperti ini sang pemimpin praktis tidak memimpin. Pemimpin seperti ini sama sekali tidak memberikan control dan koreksi terhadap pekerjaan para bawahan atau anggotanya.

Jika dalam sebuah organisasi tidak terdapat seorang pun yang anggota menetapkan keputusan dan melaksanakan kegiatan, maka organisasi menjadi tidak berfungsi. Sebaliknya kebebasan yang diberikan, juga berakibat fungsi organisasi tidak berlangsung sebagaimana mestinya, bahkan menjadi tidak terarah.

Prinsip gaya kepemimpinan laissez faire (gaya bebas) ini memiliki sifat-sifat antara lain:
·         Pembagian tugas kerja diserahkan kepada anggota-anggota kelompok tanpa petunjuk dan saran-saran
·         Kekuasaan dan tanggung jawab bersimpang siur dan tidak merata.  Tidak memiliki tanggung jawab untuk mencapai sebuah tujuan.[21]

d.      Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis ini adalah gaya kepemimpinan yang paling ideal. Pemimpin yang demokratis adalah pemimpin yang koperatif dan tidak dictator. Dia selalu menstimulasi anggota-anggota kelompoknya dan selalu mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.[22]

Menurut Purwanto pemimpin yang demokratis memiliki beberapa ciri-ciri dari kepemimpinan antara lain sebagai berikut:

  • ·         Dalam menggerakkan bawahan bertitik tolak dari pendapat manusia makhluk termulia di dunia
  • ·         Selalu berusaha untuk menyingkonkan dan tujuan organisasi dengan tujuan pribadi
  • ·         Senang menerima saran, pendapat dan kritik dari bawahan
  • ·         Mengutamakan kerjasama dalam mencapai tujuan
  • ·         Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan dan membimbingnya
  • ·         Mengusahakan agar bawahan lebih sukses daripada dirinya
  • ·         Selalu mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin

Di samping mampu menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik dalam mengelola sekolah, kepala sekolah juga dituntut untuk berinisiatif dan berkomunikasi yang baik dengan guru dan tata usaha. Kepala sekolah juga harus mampu mengembangkan kegiatan untuk meningkatkan proses belajar mengajar ataupun kegiatan lainnya dalam pengembangan intelektual maupun emosional.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas, maka dapat disimpulkan:
Kepemimpinan sebagai bagian dari fungsi manajemen merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi. Secara etimologis istilah kepemimpinan dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia Jhon Echols merupakan terjemahan dari kata leadership (bahasa Inggris), yang erarti kepemimpinan. Sementara itu, kata kepemimpinan berasal dari akar kata pemimpin, yang berarti seseorang yang dikenal oleh dan berusaha untuk mempengaruhi para pengikutnya, untuk merealisasikan apa yang menjadi visinya.

Dalam pengertian terminology terdapat beberapa pengertian kepemimpinan yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Dalam Ensiklopedi Umum diterangkan bahwa kepemimpinan adalah, hubungan yang erat antara seseorang dengan sekelompok manusia kerena adanya kepentingan bersama, hubungan itu ditandai oleh tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari pada manusia yang seorang itu. Manusia atau orang ini biasanya disebut dengan memimpin atau pemimpin, sedang kelompok manusia yang mengikutinya disebut yang dipimpin.

Sesuai dengan cirri-ciri sekolah sebagai organisasi yang bersifat kompleks, unik dan khas, maka tugas dan fungsi kepala sekolah juga harus dilihat dari berbagai sudut pandang. Kepala sekolah harus mampu melaksanakan tugasnya sertafungsi-fungsinya. Endang Mulyasa mengatakan bahwa fungsi kepemimpinan kepala sekolah itu terangkum dalam istilah EMASLIM-FM yakni fungsi educator, manager, administrator, supervisior, leader, innovator, dan motivator, figure dan mediator. Maka dengan demikian, pekerjaan kepala sekolah semakin hari semakin meningkat dan selalu meningkat sesuai dengan perkembangan pendidikan yang diharapkan. Oleh karena itu, hendaknya kepala sekolah lebih meningkatkan profesionalismenya.

Ngalim Purwanto menjelaskan juga terdapat empat gaya kepemimpinan yang lain, yakni gaya kepemimpinan  otoriter, Pseudo-demokratis, gaya kepemimpinan laisez faire (gaya bebas) dan gaya kepemimpinan demokratis..

3.2 Saran
Demi penyempurnaan makalah ini, saran dan kritikan teman-teman sangat dibutuhkan. Kesalahan dan kekeliruan yang terdapat dalam makalah ini adalah bukti dari kerancuan pemikiran penulis, dan semua itu tidak lepas dari sifat manusia yang selalu salah dan lupa.



DAFTAR PUSTAKA
      Afifudin dan Bambang Syamsul Arifin,  Supervisi Pendidikan, Bandung: Insan Mandiri, 2005

      Endang Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006

      Endang Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004

      Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993

      Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Apakah Pemimpin Abnorma itu?, Jakarta: Raja Grafindo persada, 1998

      Ngalim Purwanto dan Sutaadji Djojopranoto, Administrasi Pendidikan, Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1996

      Soekarto Indrafachrudi, Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993

      Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kepemimpinan, Memberdayakan Guru, Tenaga Kependidikan dan Masyarakat dalam Manajemen Sekolah, Bandung: alfabeta, 2009.

      Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritis dan Permasalahannya, Jakarta: Rajawali Press, 1999.



[1] Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kepemimpinan, Memberdayakan Guru, Tenaga Kependidikan dan Masyarakat dalam Manajemen Sekolah, (Bandung: alfabeta, 2009), hal. 214
[2] Ibid, hal.256
[3] Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritis dan Permasalahannya, (Jakarta: Rajawali Press, 1999),hal. 81
[4] Endang Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 98
[5] Ibid, hal.99
[6] Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritis dan Permasalahannya,  hal. 122
[7] Endang Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, hal. 99-100
[8] Ibid, hal.108
[9] Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritis dan Permasalahannya , hal. 94-95
[10] Endang Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, hal. 107
[11] Ibid, hal.109
[12] Afifudin dan Bambang Syamsul Arifin,  Supervisi Pendidikan, (Bandung: Insan Mandiri, 2005), hal. 13
[13] Endang Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, hal. 114
[14] Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritis dan Permasalahannya , hal. 128
[15] Endang Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, hal. 118
[16] Endang Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 108
[17] Ngalim Purwanto dan Sutaadji Djojopranoto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1996), hal. 26
[18] Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Apakah Pemimpin Abnorma itu?, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 1998), hal. 71
[19] Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993), hal. 165
[20] Soekarto Indrafachrudi, Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993), hal. 25-26
[21] Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, hal. 168
[22] Ngalim Purwanto dan Sutaadji Djojopranoto, Administrasi Pendidikan, hal. 31

No comments:

Powered by Blogger.